S Faisal Parouq
Sesungguhnya terciptanya bumi dan alamnya ini merupakan amanah dari Allah Azza Wajalla kepada manusia untuk menjaganya sebagai khalifah. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur’an, surat Al Baqarah ayat 30,
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Oleh karena itu, manusia memiliki kewajiban untuk memelihara keseimbangan dari bumi yang ditempatinya.
Pada hakikatnya, manusia dapat menggunakan apapun yang ada di bumi ini, baik itu di darat, air, dan udara untuk menopang kehidupannya. Dimana kewajiban manusia kepada Allah untuk beribadah dan menyembah kepada-Nya, sesuai dengan apa yang tertera dalam surat Adz Dzaariyaat Ayat 56, yang artinya : “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. Dengan demikian, pemanfaatan apa-apa yang ada di bumi ini oleh manusia, semata-mata hanya untuk mendekatkan manusia itu sendiri kepada penciptanya.
Bumi sendiri memiliki keterbatasan daya dukung, jika harus terus menerus dieksploitasi oleh manusia untuk menopang aktivitas hariannya. Allah telah memperingati manusia untuk tidak merusak bumi ini, dan telah disebutkan beberapa kali di dalam Al Qur’an, seperti dalam surat Al A’raf ayat 85, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesusah kami (Allah) memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” Juga dalam Al A’raf ayat 56, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini setelah kami (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada Allah dengan rasa takut dan harap. Sesungguhnya Rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” Selain itu Al Baqarah ayat 205, “Dan apabila dia berpaling (dari engkau) dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanaman-tanaman dan ternak, sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan.”
HAK ALAM
Sahabat Salman al Farisi pernah menasehati kepada sahabat Abu Darda’ mengenai hak Rabb, hak badan, hak keluarga dan juga hak kita. Sebagaimana telah tercantum dalam kitab hadits shahih Bukhari no. 1832.
فَقَالَ لَهُ سَلْمَانُ إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ فَأَتَى … النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَ سَلْمَانُ
Yang artinya : “… Lalu berkata kepadanya (Abu Darda’) Salman : “sesungguhnya Rabb-mu memiliki hak atasmu, dan jiwamu memiliki hak atasmu, dan istrimu memiliki hak atasmu, maka berilah setiap hak kepada yang memiliki hak tersebut.” Kemudian Abu Darda’ menemui Nabi SAW lalu menceritakan hal itu. Maka beliau bersabda, “ Salman benar.”
Jika kita telaah lebih lanjut ayat-ayat dan juga hadits di atas, menunjukkan bahwa setiap segala sesuatunya yang berinteraksi dengan manusia itu memiliki hak. Dengan demikian bumi dan alam yang ada ini juga memiliki hak untuk ditunaikan oleh manusia. Tergambar dengan jelas bahwa alam memiliki hak atas dimanfaatkannya dia oleh manusia, dimana sudah barang tentu hak alam yang paling utama untuk diberikan adalah adanya perbaikan kondisi lingkungan. Oleh karenanya secara garis besar, interaksi hak antara alam dan manusia dapat diterangkan dalam diagram sebagai berikut:
Terlihat bahwa alam juga memerlukan perlindungan dari kerusakan yang timbul akibat perbuatan manusia. Selain itu, alam juga memerlukan tambahan nutrisi untuk perkembangan dirinya, sehingga alam memiliki kesempatan untuk dapat tumbuh dan juga meregenerasi untuk menjaga eksistensi keanekaragaman hayati yang ada di bumi. Dan tentunya alam juga butuh waktu untuk bisa melakukan balancing dari ekosistem yang ada, akan tetapi inti dari pemulihan alam tetap Allah lah yang melakukan perbaikan di alam.
Walaupun alam menjadi objek dalam pemenuhan kebutuhan manusia, baik itu pangan, sandang, dan papan, bukan berarti alam tidak memerlukan pemulihan diri (recovery). Pemulihan atas kerusakan alam yang terjadi memerlukan waktu yang tidak sebentar, perlu waktu yang lama dan upaya keras untuk tidak mengusik alam selama masa pemulihannya. Dengan menjaga hak alam, maka manusia akan dapat terus mampu memenuhi kebutuhannya untuk tetap hidup.
Alam yang mengalami kerusakan akan menurunkan kemampuannya dalam menyediakan bahan baku yang diperlukan manusia, sehingga tentunya akan mengganggu aktivitas manusia itu sendiri dalam menjalankan kewajibannya dalam beribadah kepada Allah. Dan tentunya dengan kelalaian dalam peribadahan, manusia akan mengabaikan hak yang dimiliki Rabb atas hamba-Nya (manusia)
Inuriidu illal ishlah mastatho’tu, faidza azamta fatawakal ‘alallah.